Pengertian Shalat Shalat secara bahasa berarti berdo’a. dengan kata lain, shalat
 secara bahasa mempunyai arti mengagungkan. Sedangkan pengertian shalat 
menurut syara’/ istilah adalah ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan tertentu, 
yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Ucapan 
di sini adalah bacaan-bacaan al-Qur’an, takbir, tasbih, dan do’a. Sedang
 yang dimaksud dengan perbuatan adalah gerakan-gerakan dalam shalat misalnya berdiri, ruku’, sujud, duduk, dan gerakan-gerakan lain yang dilakukan dalam shalat.
Yang dimaksudkan shalat dalam penelitian ini adalah tidak hanya sekedar shalat tanpa adanya penghayatan atau berdampak sama sekali dalam kehidupannya, akan tetapi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah shalat fardlu yang didirikan dengan khusyu’ yakni shalat yang nantinya akan berimplikasi terhadap orang yang melaksanakannya. Pengertian shalat yang dimaksudkan lebih kepada pengertian shalat menurut Ash Shiddieqy dari ta’rif shalat yang menggambarkan ruhus shalat (jiwa shalat); yaitu berharap kepada Allah dengan sepenuh jiwa, dengan segala khusyu’ dihadapan-Nya dan berikhlas bagi-Nya serta hadir hati dalam berdzikir, berdo’a dan memuji.
Inilah ruh atau jiwa shalat yang benar dan sekali-kali tidak disyari’atkan shalat karena rupanya, tetapi disyari’atkan karena mengingat jiwanya (ruhnya).
Khusyu’ secara bahasa berasal dari kata khasya’a-yakhsya’u-khusyu’an, atau ikhta dan takhasysya’a yang artinya memusatkan penglihatan pada bumi dan memejamkan mata, atau meringankan suara ketika shalat. Khusyu’ secara bahasa juga bisa diartikan sungguh-sungguh penuh penyerahan dan kebulatan hati; penuh kesadaran hati. Arti khusyu’ itu lebih dekat dengan khudhu’ yaitu tunduk, dan takhasysyu’ yaitu membuat diri menjadi khusyu’. Khusyu’ ini dapat terjadi baik pada suara, badan maupun penglihatan. Tiga anggota itulah yang menjadi tanda (simbol) kekhusyu’an seseorang dalam shalat.
Khusyu’ menurut istilah syara’ adalah keadaan jiwa yang tenang dan tawadhu’ (rendah hati), yang kemudian pengaruh khusyu’ dihati tadi akan menjadi tampak pada anggota tubuh yang lainnya. Sedang menurut A. Syafi’i khusyu’ adalah menyengaja, ikhlas dan tunduk lahir dan batin; dengan menyempurnakan keindahan bentuk/sikap lahirnya, serta memenuhinya dengan kehadiran hati, kesadaran dan pengertian (penta’rifan) segala ucapan bentuk/sikap lahir itu.
Sedangkan menurut Hasbi 
ash-Shiddieqy shalat yaitu beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai 
dengan takbir, disudahi dengan salam, yang dengannya kita beribadah 
kepada Allah, menurut syarat-syarat yang telah ditentukan.
Yang dimaksudkan shalat dalam penelitian ini adalah tidak hanya sekedar shalat tanpa adanya penghayatan atau berdampak sama sekali dalam kehidupannya, akan tetapi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah shalat fardlu yang didirikan dengan khusyu’ yakni shalat yang nantinya akan berimplikasi terhadap orang yang melaksanakannya. Pengertian shalat yang dimaksudkan lebih kepada pengertian shalat menurut Ash Shiddieqy dari ta’rif shalat yang menggambarkan ruhus shalat (jiwa shalat); yaitu berharap kepada Allah dengan sepenuh jiwa, dengan segala khusyu’ dihadapan-Nya dan berikhlas bagi-Nya serta hadir hati dalam berdzikir, berdo’a dan memuji.
Inilah ruh atau jiwa shalat yang benar dan sekali-kali tidak disyari’atkan shalat karena rupanya, tetapi disyari’atkan karena mengingat jiwanya (ruhnya).
Khusyu’ secara bahasa berasal dari kata khasya’a-yakhsya’u-khusyu’an, atau ikhta dan takhasysya’a yang artinya memusatkan penglihatan pada bumi dan memejamkan mata, atau meringankan suara ketika shalat. Khusyu’ secara bahasa juga bisa diartikan sungguh-sungguh penuh penyerahan dan kebulatan hati; penuh kesadaran hati. Arti khusyu’ itu lebih dekat dengan khudhu’ yaitu tunduk, dan takhasysyu’ yaitu membuat diri menjadi khusyu’. Khusyu’ ini dapat terjadi baik pada suara, badan maupun penglihatan. Tiga anggota itulah yang menjadi tanda (simbol) kekhusyu’an seseorang dalam shalat.
Khusyu’ menurut istilah syara’ adalah keadaan jiwa yang tenang dan tawadhu’ (rendah hati), yang kemudian pengaruh khusyu’ dihati tadi akan menjadi tampak pada anggota tubuh yang lainnya. Sedang menurut A. Syafi’i khusyu’ adalah menyengaja, ikhlas dan tunduk lahir dan batin; dengan menyempurnakan keindahan bentuk/sikap lahirnya, serta memenuhinya dengan kehadiran hati, kesadaran dan pengertian (penta’rifan) segala ucapan bentuk/sikap lahir itu.
Shalat merupakan sarana yang paling efektif untuk menyegarkan jasmani dan
         menenangkan jiwa. Masalahnya, shalat yang dilaksanakan oleh 
kebanyakan         kaum muslimin belum sebagaimana mestinya. Orang yang 
sehabis         melaksanakan shalat seolah-olah tidak memperoleh kesan 
apa-apa. Antara         sebelum dan sesudah shalat tidak ada bedanya. 
Bahkan antara orang yang         shalat dan yang tidak juga mirip-mirip 
saja.
Itulah barangkali yang menyebabkan orang tidak lagi tertarik mengkaji manfaat shalat, kecuali sebatas kewajiban yang harus ditunaikan saja. Ini tantangan yang mesti kita jawab. Bukan dengan banyak-banyakan argumentasi. Bukan dengan adu konsep dan dalil yang mendetail. Kita perlu bukti. Hanya dengan bukti nyata, baru orang akan melirik kembali potensi shalat yang selama ini ditelantarkan ummatnya.
Soal  
       ketenangan jiwa adalah janji Allah yang sudah pasti akan 
diberikan         kepada orang yang shalat. Ada jaminan yang pasti bahwa
 orang yang benar         dalam shalatnya bakal memperoleh ketenangan 
ini. Allah berfirman:
"Tegakkan shalat untuk mengingat-Ku."(Qs. Thaha: 14) "Ketahuilah,         dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang." (Qs. Ar-Ra'du:         28)
Hati  
       bisa tenang bila mengingat dan dzikir kepada Allah, sedang sarana
         berdzikir yang paling efektif adalah shalat. Tentu bukan 
sembarang         shalat. Sebagaimana dalam ayat di atas, perintah Allah
 adalah tegakkan,         bukan laksanakan.
Mendirikan
         shalat beda dengan sekadar melaksanakan. Mendirikan shalat 
punya kesan         adanya suatu perjuangan, keseriuasan, kedisiplinan, 
dan konsentrasi         tingkat tinggi. Jika sekadar melaksanakan, tak 
perlu susah payah, cukup         santai asal terlaksana. Itulah sebabnya
 Allah memilih kata perintah         "aqim" yang berarti dirikan, 
tegakkan, luruskan.
Kenyataannya
         tidak demikian, banyak di antara kaum muslimin yang 
melaksanakan shalat         tapi tidak menegakkannya. Bagi mereka 
pokoknya shalat, kewajiban gugur         lepas dari ancaman siksa, dan 
menunggu pahala. Cukup. Andai ada sensus         tentang pelaksanaan 
shalat ini, maka dapat dipastikan bahwa bagian         terbesar ummat 
Islam adalah golongan ini.
Kondisi
         ini sungguh memprihatinkan. Sayang belum banyak pemimpin dan 
ulama yang         menganggap perlu menjelaskannya kepad ummat. Jika toh
 mengkaji shalat,         maka yang paling banyak mendapat perhatian 
adalah seputar         kaifiyatush-Shalat, yang tidak berkutat dari 
masalah fiqh. Lebih parah         lagi bila mereka berhenti mengkaji 
hanya pada masalah-masalah khilafiyah.         Bukan untuk mencari 
penyelesaian, tapi malah memperlebar jarak perbedaan,         
mempertajam pertentangan, dan merusak kesatuan.
Kenapa
         kajian kita terhadap masalah-masalah ibadah, khususnya shalat, 
tidak         kita perlebar dan perdalam hingga menyentuh pokok-pokok 
pesan dan inti         persoalan? Kenapa hanya sebatas kulit, tidak 
sampai pada daging dan         tulangnya?
Sayang,
         pelajaran di sekolah tentang shalat tidak lebih dari 
pengulangan, bukan         pendalaman. Sebatas pada pelajaran, bukan 
penghayatan. Falsafah shalat,         yang semestinya diberikan ternyata
 tidak, hingga kaum muslimin         menjalankan ibadahnya sebatas 
sebagai tradisi saja.
Jika  
       pelaksanaan shalat sudah semata-mata berdasar tradisi, berarti 
shalat         itu kosong tanpa isi. Ibarat tubuh tanpa nyawa. Ibarat 
bungkus tanpa isi.         Apa artinya shalat yang demikian? Dalam hal 
ini Rasulullah menjawab         melalui sabdanya: 
"Berapa banyak orang yang melaksanakan shalat, keuntungan yang diperoleh         dari shalatnya, hanyalah capai dan payah saja." (HR. Ibnu Majah)
Wajib 
        bagi kita mengikuti tata cara shalat sebagaimana yang diajarkan 
        Rasulullah kepada kita. Tidak boleh ada penyimpangan sedikit pun
 juga.         Sekecil apapun gerakan itu harus sesuai dengan sunnah. 
Akan tetapi yang         semestinya juga kita contoh dan tiru pada Nabi 
bukan sekadar gerakan         fisik tapi juga gerakan batinnya. Jika 
beliau batinnya sering bergetar         ketika membaca surat-surat 
tertentu, atau pada bacaan-bacaanm tertentu,         apakah kita juga 
sudah demikian?
Bukan 
        berarti kita memaksakan diri untuk menggetarkan batin. Juga 
bukan dengan         memaksakan diri untuk menangis, tidak bisa itu. 
Agar batin bergetar,         suasana hati harus khusyu'.
Khusyu'
         adalah satu tingkat kosentrasi yang luar biasa tingginya. Ini 
dicapai         lewat kedisiplinan mengikuti tata cara yang telah diatur
 sedemikian rupa,         mulai dari berwudhu, adzan, iqamat, dan 
seterusnya berdiri untuk shalat,         takbir, rukuk, sujud, 
bacaan-bacaan dalam shalat, yang semuanya         mengantar untuk 
konsentrasi mengingat Allah.
Itulah
         ruh shalat. Secara ekstrem dapat dikatakan, apa artinya shalat 
tanpa         khusyu'? Apa manfaat shalat yang demikian? Malah dapat 
dikatakan bahwa         yang lebih penting dan utama dalam shalat itu 
bukan gerakan fisik, tapi         gerakan batin. Gerakan fisik bisa 
diganti atau ditiadakan jika memang         tidak mampu. Tapi dzikir 
kepada Allah tetap harus berjalan, kapanpun         juga.
Seorang
         yang tidak mampu berdiri karena sakit, bisa mengganti gerakan 
berdirinya         dengan hanya duduk, mengganti gerakan ruku'nya dengan
 isyarat sedikit         membungkuk. Demikian juga sujudnya. Tidak bisa 
berdiri diperbolehkan         duduk. Tidak bisa duduk dengan berbaring 
dan sebagainya.
Yang  
       tidak bisa diganti adalah gerakan batin. Ini yang mutlak harus 
ada.         Tanpa kehadiran hati, shalat hanya merupakan gerakan mati. 
Gerak         otomatis, bagai patung saja. Jika demikian, apa artinya?
Itulah         sebabnya Allah memberi ancaman yang cukup keras kepada kita, dengan kata         yang amat pedas, 
“Maka
 datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan 
shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui 
al ghoyya, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.” (QS. Maryam: 59-60)
“Maka datanglah sesudah 
mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan 
memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui ghayya.” 
(QS. Maryam: 59)
“Kemudian (setelah dia 
disiksa, pent.) dia akan melihat jalannya, apakah menuju ke surga atau 
ke neraka.” (HR. Abu Daud no. 1414)
Jadi  
       ketenangan batin, apalagi janji-janji yang lain terhadap orang 
yang         shalat itu tidak serta merta diberikan Allah begitu saja. 
Ada         syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi terlebih dahulu. 
Bagi yang         lalai dalam shalatnya bukan saja tidak bakal 
mendapatkan janji-janji         tadi, malah ada ancaman keras dari Allah
 swt.
Itulah
         barangkali rahasia, kenapa ummat Islam tidak sukses, padahal 
mereka         telah menjalankan shalat. Semestinya tidak demikian. 
Andai saja mereka         melaksanakan shalat sesuai dengan tuntunan 
Islam, kemenangan mesti         diperolehnya. Allah sendiri berjanji, 
"Sungguh         telah beruntung orang-orang beriman. Yaitu mereka yang khusyu' dalam         shalatnya." (Qs. Al-Mu'minuun: 1-2)
Rasanya
         tidak terlalu sulit dipahami jika orang yang intens 
komunikasinya dengan         Allah melalui shalat sebagai sarananya 
berhasil mencapai kemenangan         dan keberhasilan di berbagai sektor
 kehidupan. Sebab, siapa lagi yang         merupakan sumber energi dari 
semua bentuk kekuatan kalau bukan Allah swt.
Jika  
       kita sudah dekat dengan sumber energi dan sumber kekuatan itu, 
maka         dengan sendirinya kita pasti lincah bergerak, dan tentu 
saja juga kuat.         Dari sana kemenangan pasti didapat. Karenanya 
tidak salah bila redaksi         adzan itu didahului dengan ajakan 
shalat (hayya alash-shalaah), kemudian         disusul dengan ajakan 
untuk menang (hayya alalfalaah). Memang demikian         seharusnya. 
Shalat kemudian menang.
Rahasia
         kemenangan itu terletak pada kedekatan kita dengan Allah. Jika 
kita         sudah dekat, artinya komunikasi kita secara vertikal lancar
 tak         tersumbat, melalui shalat wajib dan sunnah, maka kemenangan
 itu pasti         didapat. Allah pasti membantu hamba-Nya yang 
dikasihi. Masalahnya,         sudahkah ada jaminan bahwa kita telah 
menjadi kekasih-Nya?
Alangkah
         hebatnya potensi ibadah, khususnya shalat ini. Sayang ummat 
Islam belum         menggalinya sebagai suatu pelajaran yang siap 
disajikan di kelas,         sebagai praktek yang dapat dilaksanakan di 
lapangan, dan sebagai satu         bukti yang dapat dilihat dan 
disaksikan pengaruh dan dampaknya.
Andaikata
         shalat ini dikaji secara intensif, dipraktekan sesuai sunnah 
Nabi di         dalam menyedot kekuatan-kekuatan yang dijanjikan Allah, 
pasti sudah lama         nasib ummat Islam tidak seperti ini.
Terus 
        terang kita khawatir jika potensi shalat diabaikan oleh ummat 
Islam,         kemudian mereka memandang bahwa shalat tidak memiliki 
arti lagi dalam         kehidupan sehari-hari, maka bencana akan datang 
menimpa. Bukan bencana         alam, tapi bencana agama. Mereka tidak 
mau lagi melirik shalat untuk         menenangkan jiwanya, tapi sudah 
menggunakan cara-cara yang lain. Mereka         mencari terapi yang lain
 untuk mencegah fakhsa' dan munkar, dengan cara         yang tidak 
diajarkan agama.
Jika  
       shalat sudah tidak dipandang sebagai sesuatu yang potensial lagi,
 lalu         di mana letak keislaman kita? Bukankah shalat sebagai 
tiang agama? Kalau         tiang itu sudah kita anggap tidak bisa lagi 
menyangga bangunan yang ada,         maka bangunan apa yang bisa kita 
dirikan disana?
"Pokok urusan itu Islam, sedang tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad fi'sabilillah." (HR. Ahmad dan Turmudzi)
Manfaat Gerakan Shalat
 
A. Berdiri lurus
Berdiri lurus adalah pelurusan tulang belakang, dan menjadi awal dari sebuah latihan pernapasan, pencernaan dan tulang.
B. Takbir
Takbir merupakan latihan awal pernapasan, Paru-paru adalah alat pernapasan, Paru kita terlindung dalam rongga dada yang tersusun dari tulang iga yang melengkung dan tulang belakang yang mencembung. Susunan ini didukung oleh dua jenis otot yaitu yang menjauhkan lengan dari dada (abductor) dan mendekatkannya (adductor). Takbir berarti kegiatan mengangkat lengan dan merenggangkannya, hingga rongga dada mengembang seperti halnya paru-paru. Dan mengangkat tangan berarti meregangnya otot-otot bahu hingga aliran darah yang membawa oksigen menjadi lancar.
C. Ruku
Dengan ruku’, memperlancar aliran darah dan getah bening ke leher oleh karena sejajarnya letak bahu dengan leher. Aliran akan semakin lancar bila ruku’ dilakukan dengan benar yaitu meletakkan perut dan dada lebih tinggi daripada leher. Ruku’ juga mengempiskan pernapasan. Pelurusan tulang belakang pada saat ruku’ berarti mencegah terjadinya pengapuran. Selain itu, ruku’ adalah latihan kemih (buang air kecil) untuk mencegah keluhan prostat. Pelurusan tulang belakang akan mengempiskan ginjal. Sedangkan penekanan kandung kemih oleh tulang belakang dan tulang kemaluan akan melancarkan kemih. Getah bening (limfe) fungsi utamanya adalah menyaring dan menumpas kuman penyakit yang berkeliaran di dalam darah.
D. Sujud
Sujud Mencegah Wasir, mengalirkan getah bening dari tungkai perut dan dada ke leher karena lebih tinggi. Dan meletakkan tangan sejajar dengan bahu ataupun telinga, memompa getah bening ketiak ke leher. Selain itu, sujud melancarkan peredaran darah hingga dapat mencegah wasir. Sujud dengan cepat tidak bermanfaat. Ia tidak mengalirkan getah bening dan tidak melatih tulang belakang dan otot. Tak heran kalau ada di sebagian sahabat Rasul menceritakan bahwa Rasulullah sering lama dalam bersujud. Selain itu sujud adalah manifestasi ketotalan kita dalam berpasrah diri kepada Allah, bahwa manusia adalah mahluk yang lemah, seorang hamba yang sudah bisa menikmati sholatnya, maka jiwanya dalam titik nol, dalam kondisi yang paling pasrah dan stabil, seseorang yang dilanda stres akan terlepas segala beban di jiwa dalam posisi ini.selain secara fisik otot2 leher yang kaku karena stres akan diulur, sehingga seorang hamba yang beriman dan pandai memaknai sholatnya tidak akan pernah dilanda keputusasaan (Stress)
E. Duduk antara 2 sujud
Duduk di antara dua sujud dapat mengaktifkan kelenjar keringat karena bertemunya lipatan paha dan betis sehingga dapat mencegah terjadinya pengapuran. Pembuluh darah balik di atas pangkal kaki jadi tertekan sehingga darah akan memenuhi seluruh telapak kaki mulai dari mata kaki sehingga pembuluh darah di pangkal kaki mengembang. Gerakan ini menjaga supaya kaki dapat secara optimal menopang tubuh kita.
F Salam
Gerakan salam yang merupakan penutup sholat, dengan memalingkan wajah ke kanan dan ke kiri bermanfaat untuk menjaga kelenturan urat leher. Gerakan ini juga akan mempercepat aliran getah bening di leher ke jantung.
Sholat Lebih Canggih dari Yoga “Apakah pendapatmu sekiranya terdapat sebuah sungai di hadapan pintu rumah salah seorang di antara kamu dan dia mandi di dalamnya setiap hari lima kali. Apakah masih terdapat kotoran pada badannya?”. Para sahabat menjawab : “Sudah pasti tidak terdapat sedikit pun kotoran pada badannya”. Lalu beliau bersabda : “Begitulah perumpamaan sholat lima waktu. Allah menghapus segala kesalahan mereka”. (H.R Abu Hurairah r.a).
Sangat disayangkan tidak ada universitas yang berani atau sengaja mengembangkan teknik gerakan sholat ini secara ilmiah. Belum lagi manajemen yang terkandung dalam bacaan sholat. Seperti doa iftitah yang berarti mission statement (dalam manajemen strategi). Sedangkan makna bacaan Alfatihah yang kita baca berulang sampai 17 kali adalah objective statement. Tujuan hidup mana yang lebih canggih dibandingkan tujuan hidup di jalan yang lurus, yaitu jalan yang penuh kebaikan seperti diperoleh orang-orang shaleh seperti nabi dan rasul.
Dr. Gustafe le Bond mengatakan bahwa Islam merupakan agama yang paling sepadan dengan penemuan-penemuan ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan etika sains harus didukung dengan kekuatan iman.
Ajaran Muhammad begitu mulia dan ilmiah, beliau bukan saja dokter ruhani tapi lebih dari itu, adalah seorang dokter modern.pemimpin negara, pemimpin dunia dan akhirat,ahli strategi perang. Meski banyak orang yang membenci,menghina,mencemooh (karena kebodohan dan ketidak tahuan tentangmu) tapi itu semua tidak akan mengurangi kemuliaannya.
Manfaat Gerakan Shalat
A. Berdiri lurus
Berdiri lurus adalah pelurusan tulang belakang, dan menjadi awal dari sebuah latihan pernapasan, pencernaan dan tulang.
B. Takbir
Takbir merupakan latihan awal pernapasan, Paru-paru adalah alat pernapasan, Paru kita terlindung dalam rongga dada yang tersusun dari tulang iga yang melengkung dan tulang belakang yang mencembung. Susunan ini didukung oleh dua jenis otot yaitu yang menjauhkan lengan dari dada (abductor) dan mendekatkannya (adductor). Takbir berarti kegiatan mengangkat lengan dan merenggangkannya, hingga rongga dada mengembang seperti halnya paru-paru. Dan mengangkat tangan berarti meregangnya otot-otot bahu hingga aliran darah yang membawa oksigen menjadi lancar.
C. Ruku
Dengan ruku’, memperlancar aliran darah dan getah bening ke leher oleh karena sejajarnya letak bahu dengan leher. Aliran akan semakin lancar bila ruku’ dilakukan dengan benar yaitu meletakkan perut dan dada lebih tinggi daripada leher. Ruku’ juga mengempiskan pernapasan. Pelurusan tulang belakang pada saat ruku’ berarti mencegah terjadinya pengapuran. Selain itu, ruku’ adalah latihan kemih (buang air kecil) untuk mencegah keluhan prostat. Pelurusan tulang belakang akan mengempiskan ginjal. Sedangkan penekanan kandung kemih oleh tulang belakang dan tulang kemaluan akan melancarkan kemih. Getah bening (limfe) fungsi utamanya adalah menyaring dan menumpas kuman penyakit yang berkeliaran di dalam darah.
D. Sujud
Sujud Mencegah Wasir, mengalirkan getah bening dari tungkai perut dan dada ke leher karena lebih tinggi. Dan meletakkan tangan sejajar dengan bahu ataupun telinga, memompa getah bening ketiak ke leher. Selain itu, sujud melancarkan peredaran darah hingga dapat mencegah wasir. Sujud dengan cepat tidak bermanfaat. Ia tidak mengalirkan getah bening dan tidak melatih tulang belakang dan otot. Tak heran kalau ada di sebagian sahabat Rasul menceritakan bahwa Rasulullah sering lama dalam bersujud. Selain itu sujud adalah manifestasi ketotalan kita dalam berpasrah diri kepada Allah, bahwa manusia adalah mahluk yang lemah, seorang hamba yang sudah bisa menikmati sholatnya, maka jiwanya dalam titik nol, dalam kondisi yang paling pasrah dan stabil, seseorang yang dilanda stres akan terlepas segala beban di jiwa dalam posisi ini.selain secara fisik otot2 leher yang kaku karena stres akan diulur, sehingga seorang hamba yang beriman dan pandai memaknai sholatnya tidak akan pernah dilanda keputusasaan (Stress)
E. Duduk antara 2 sujud
Duduk di antara dua sujud dapat mengaktifkan kelenjar keringat karena bertemunya lipatan paha dan betis sehingga dapat mencegah terjadinya pengapuran. Pembuluh darah balik di atas pangkal kaki jadi tertekan sehingga darah akan memenuhi seluruh telapak kaki mulai dari mata kaki sehingga pembuluh darah di pangkal kaki mengembang. Gerakan ini menjaga supaya kaki dapat secara optimal menopang tubuh kita.
F Salam
Gerakan salam yang merupakan penutup sholat, dengan memalingkan wajah ke kanan dan ke kiri bermanfaat untuk menjaga kelenturan urat leher. Gerakan ini juga akan mempercepat aliran getah bening di leher ke jantung.
Sholat Lebih Canggih dari Yoga “Apakah pendapatmu sekiranya terdapat sebuah sungai di hadapan pintu rumah salah seorang di antara kamu dan dia mandi di dalamnya setiap hari lima kali. Apakah masih terdapat kotoran pada badannya?”. Para sahabat menjawab : “Sudah pasti tidak terdapat sedikit pun kotoran pada badannya”. Lalu beliau bersabda : “Begitulah perumpamaan sholat lima waktu. Allah menghapus segala kesalahan mereka”. (H.R Abu Hurairah r.a).
Sangat disayangkan tidak ada universitas yang berani atau sengaja mengembangkan teknik gerakan sholat ini secara ilmiah. Belum lagi manajemen yang terkandung dalam bacaan sholat. Seperti doa iftitah yang berarti mission statement (dalam manajemen strategi). Sedangkan makna bacaan Alfatihah yang kita baca berulang sampai 17 kali adalah objective statement. Tujuan hidup mana yang lebih canggih dibandingkan tujuan hidup di jalan yang lurus, yaitu jalan yang penuh kebaikan seperti diperoleh orang-orang shaleh seperti nabi dan rasul.
Dr. Gustafe le Bond mengatakan bahwa Islam merupakan agama yang paling sepadan dengan penemuan-penemuan ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan etika sains harus didukung dengan kekuatan iman.
Ajaran Muhammad begitu mulia dan ilmiah, beliau bukan saja dokter ruhani tapi lebih dari itu, adalah seorang dokter modern.pemimpin negara, pemimpin dunia dan akhirat,ahli strategi perang. Meski banyak orang yang membenci,menghina,mencemooh (karena kebodohan dan ketidak tahuan tentangmu) tapi itu semua tidak akan mengurangi kemuliaannya.
Manfaat shalat ditinjau secara medis dan kesehatan
- Memperbaiki otot punggung.
- Memperbaiki jaringan otot tubuh.
- Mengembalikan keseimbangan tubuh pasca bedah tulang.
- Menyembuhkan otot/ tulang yang terkilir. Menyehatkan urat nadi dan hati.
- Mengurangi resiko tekanan darah tinggi.
- Melancarkan saluran pernapasan lewat bacaan shalat.
- Memperlancar peredaran darah.
- Membuat tulang mampu menyerap lebih banyak kalsium.
- Membakar lemak di bagian perut. Menghindari proses penuaan dini.
- Memperkuat tulang dan otot terutama pada bagian paha, tumit dan kaki.
- Mengoptimalkan ketahanan fisik.
- Melancarkan peredaran darah.
- Mempermudah proses persalinan dan menghindari posisi bayi sungsang pada wanita hamil.
- Mencegah kenaikan kadar kolestrol dalam darah.
- Memperbaiki fungsi pencernaan.
- Sarana latihan pernapasan.
- Membersihkan sel darah putih dan sel darah merah.
- Menyiapkan diri secara psikologis dalam menghadapi tantagan hidup.
Manfaat shalat subuh pada waktunya:  
- Mengoptimalikan fungsi urat syaraf.
- Menenangkan jiwa.
- Menjernihkan pikiran.
- Awet muda.
Manfaat Shalat dari Segi Psikologi:
- Menjernihkan jiwa.
- Mencapai kesadaran yang lebih tinggi (altered states of consciousness).
- Mencapai pengalaman puncak (peak experience).
- Mengurangi kecemasan lewat:- meditasi/ doa yang teratur
 - relaksasi dengan gerakan shalat
 - hetero/ auto sugesti dalam bacaan shalat
 - group therapy dalam shalat jamaah, atau bahkan dalam shalat sendiri ada saya dan Allah
 - hydro therapy dengan berwudhu
 
- Mengembalikan kesadaran dengan bermi'raj menuju kepada ketinggian Ilahi Rabbi.
- Melepaskan diri dari pengaruh alam yang lebih rendah.
- Bertemu Allah.
- Meringankan ketegangan jiwa.
- Membuat pelaku shalat mampu meninggalkan pekerjaan yang buruk.
- Menumbuhkan kedermawanan dan keberanian pada pelakunya.
- Menumbuhkan sifat saling tolong menolong.
- Symbol persamaan dan kebersamaan.
Bukan tanpa maksud Allah
 menempatkan shalat dengan segala hal yang berhubungan dengannya sampai 
Dia menerbangkan rasul ke keluasan tanpa batas di sidratul muntaha. 
Karena, cukuplah pertemuan dengan Allah yang maha kasih yang akan 
menggenapkan kita dari segala butuh, di dunia dan akhirat.

0 komentar "Shalat Dan Manfaatnya", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar